Temuan-temuan arkeologis yang terdiri atas artefak-artefak ditemukan dibeberapa tempat dii situs Banten. Kebanyakan dari artefak ini berupa gerabah yang digunakan sebagai alat-alat rumah tangga, misalnya pot, jambana, bahan—bahan bangunan, dan keramik asing yang berasal dan Cina, Jepang, Thailand, Vietnam. dan juga dan Eropa seperti dan Belanda dan Jerman.
Selain itu juga ditemukan lain-lain, baik yang berasal dari VOC, Cina maupun uang logam lokal yang dikeluarkan oleh Sultan Banten. Temuan—temuan lainnya adalah bahan—bahan bangunan, patung-patung, kapak batu, perhiasan dan lain-lain. 1emuan-temuan ini dikumpulkan dan para peneliti arkeologi dan penggalian-penggalian penvelamatan dalam proyck restorasi di sekitar situs. Benda-benda ini dapat mereflesikan keragaman masyarakat Banten dalam 3 abad dan abad XVI s/d XIX.
Benda-benda loleksi museum Banten ini sudah di analisa, diklasilikasikan dan dideskripsikan, dan sebagian dan benda-benda tersebut dipamerkan untuk para pengunjung.
Pendirian museum Banten diselesaikan dan sepenuhnya dibangun oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Secara resmi dibuka untuk umum tanggal 15 Juli 1985 oleh Direktur Jenderal Kebudayaan. Di dalam museum ini kita dapat mengamati peninggalan-peninggalan masyarakàt Banten sehingga dapat memahami cara hidup mereka antara abad XVI s/d XIX.
Peninggalan Arkeologi
• Surosowan
• Ki Ainuk
• Mesjid Pecinan
• Keraton Kaibon
• WaluGilang
• Komplek Kuburan
• Mesjid Kenari
• Waduk Tasik Ardi
Kompleks Keraton Surosowan
Komplek keraton ini sekarang sudah hancur, Yang masih nampak adalah tembok benteng yang mengelilingi dengan sisa-sisa bangunannya. Sisa-sisa bangunan ini berupa pondasi dan lemboktembok dinding yang sudah hancur, sisa-sisa bangunan pemandian dan bekas sebuah kolam taman dengan bangunan bale kambang. Tembok benteng masih nampak setinggi 0.5 - 2 meter dengan Iebar sekitar 5 meter. Pada beberapa bagian, terutama di bagian selatan dan timun tembok benteng ini bahkan ada yang sudah hancur sama sekali.
Komplek keraton Surosowan ini berbentuk segi empat persegi panjang dengan luas kurang lebih tiga hektar. Pintu masuk yang merupakan pintu gerbangnya terletak di sisi utara, menghadap ke alun-alun. Berdasarkan peta-peta dan gambar-gambar lama, di sisi timur terdapat pula sebuah pintu. Pada keempat sudut benteng keliling, kita dapati bagian tembok yang menebal yang menjorok keluar (bastion). Sedangkan di bagian sisi sebelah dalam dan tembok benteng pada keempat sudutnya terdapat pintu-pintu masuk menuju ruangan yang terdapat dalam tembok benteng. Dan peta-peta lama diketahui pula bahwa komplek im dahulunya dikelilingi oleh parit yang merupakan pertahanan. Sekarang pant ini sebagian sudah hilang, yang masih ada ialah yang terletak di bagian sebelah selatan dan barat.
Berdasarkan sejarah Banten, kompleks keraton Surosowan yang disebut juga Gedung Kedaton Pakuwan, dibangun pada pemerintahan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sedangkan benteng dan gerbangnya yang terbuat dan bata dan batu karang dibangun oleh Maulana Yusuf (1570-1580).
Kompleks Mesjid Agung Banten:
• Bangunan Mesjid
• BangunanTiyamah
• Menara
• Tempat pemakaman di halaman sisi utara
Bangunan Mesjid Agung
Berdasarkan sejarah Banten, mesjid ini didirikan pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin seperti juga mesjid-mesjid lainnya, bangunan induk mesjid ini berdenah segi empat. Atapnya merupakan atap bersusun lima. Di kin dan kanan bangunan ini terdapat masing-masing sebuah serambi, yang dibangun pada masa kemudian. Mesjid Agung ini terletek di bagian barat alun-alun kota, di atas lahan seluas (keseluruhan) 0,13 Ha; pada mulanya tidak memiliki serambi, menara dan pagar halaman. Kompleks mesjid ini setidaknya memiliki 3 tipe gapura pintu masuk, yakni gapura memasuki mesjid, gapura lapis pertama makam Sultan Hasanuddin, dan gapura makam Sultan Hasanuddin.
Bangunan Tiyamah
Bangunan ini merupakan bangunan tambahan yang terletak di sebelah selatan Mesjid Agung, di sebelah kanan serambi pemakaman. Bentuknya empat persegipanjang dan bertingkat. Bangunan ini mempunyai langgam arsitektur Belanda kuna yang menurut tradisi dibangun oleh Lucasz Cardeel, seorang arsitek Belanda. Dahulu bangunan ini dipergunakan . sebagai tempat bermusyawarah dan berdiskusi mengenai soal-soal keagamaan.
Menara Mesjid
Menara Mesjid Agung Banten terletak di halaman depan komplek mesjid. Menurut tradisi menara ini pula dibangun oleh Hendrik Lucasz Cardeel. Kapan bangunan ini didirikan tidak diketahui dengan pasti. Didalam “Jaurnal van de Reyse” (De Eerte Schipvaart der Nederlanders naar Oost Indie onder Cornelis de Houtman, 1595-1597), Terdapat sebuah peta Banten yang memperlihatkan adanya menara tersebut, sedangkan di dalam sejarah Banten antara lain disebutkan bahwa: “Kanj eng Maulana (Hasanuddin) adarbe putra satunggal lanang jeneng putra mangke nuli den wastanne Maulana Yusuf ingkang puniko jeneng Yusuf sampung gung ikeng putra pan sampan adarbe rayi nalika iku waktu mng wangun munáre”.
Berdasarkan atas pemberitaan tersebut K.C. Crucq berpendapat bahwa menara Mesjid Agung Banten sudah ada sebelum 1596-1570, dan berdasarkan tinjauan seni bangunan dan hiasannya ia berkesimpulan bahwa menara tersebut didirikan path pertengahan kedua abad XVI, yaitu antara tahun 1560-1570.
Tempat Pemakaman Di Sisi Utara
Di halaman sisi utara komplek Mesjid Agung Banten masih ditemukan sebuah tempat pemakaman. Pada tempat pemakaman ini terdapat pula makam-makam kuno.
Di dalam ruang makam terdapat 9 buah makam sultan dan para keluarganya, yakni Sultan Hasanuddin, Sultan Maulana Muhammad, Sultan Zainul Abidin, anak dan isterinya. Di luar ruang makam ini, masih di utara sebelah mesjid, terdapat pula makam-makam kuna bercampur dengan pemakaman umum, antara lain Sultan Ageng Tirtayasa dan isterinya, Sultan Abu Nasr Abdul Kahar (Sultan 1-laji).
Pada waktu-waktu tertentu dalam seminggu, atau bulan tertentu sepanjang tahun seluruh komplek makam sultan-sultan Banten ramai dikunj ungi peziarah.
Meriam hi Amuk
Meriam ini semula terletak di Karangantu, pernah ditempatkan di sudut alun-alun, tetapi setelah dipamerkan pada festival Islam di Mesjid Istiqial, Jakarta, meriam ini ditempatkan di halaman Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama. Pada meriam ini antara lain terdapat prasasti dalam bahasa Arab, yang salah satunya terbaca : Aqaibatu’l khoirisalamatul imam
Menurut K.C. Crucq yang telah mengadakan penelitian terhadap meriam-meriam dan bekas kesultanan Banten, prasasti tersebut merupakan sebuah cendra sengkala yang menunjuk kepada angka tahun caka 1 450 atau 1528 M. Selanjutnya oleh Crucq meriam tersebut dihubungkan dengan meriain Ki Jimat, atau meriam yang dihadiahkan oleh Sultan Trenggana dan Demak kepada Sunan Gunung Jati.
Mesjid Pacinan Tinggi
Di kampung Pecinan masih terdapat runtuhan bekas sebuah mesjid kuna. Selain sisa bangunan induknya yang terbuat dan bata dan batu karang, juga masih ada bagian dinding michrahnya. I)i samping itu, di halaman terdapat pula sisa bangunan menara yang berdenah bujursangkar. Menara ini terbuat dan bata dengan pondasi dan bagian bawahrwa terbuat dan batu karang. Bagian atas menara ini sudah hancur. N4enurut tradisi bagian mesjid dan menara itu sudah ada sebelum mesjid Agung didirikan.
Kompleks Keraton Kaibon
Komplek Keraton Kaihon yang terletak di Kampung Kroya, mnerupakan keraton tempat këdiaman ibu Raw Asyiah, ibunda Sultan Sy uddin. Komplek ini pada tahun 1 832 dihongkar oleh pemerintah 1-lmndia Belanda, sekarang tinggal pondasi dan bagian tembok-tembok senta gapura-gapura saja.
Keraton ini mempunyai sebuah pintu besar yang dinamam Pintu Dalem. Di pintu gerbang sebelah barat menuju mesjid Kaibon, terdapal temhok yang dipayungi sebuah pohon beringin. Pada tembok tersebut terdapat 5 pintu.
Watu Cilang
Watu Gilang ini dua buah yang terletak di alun-alun. Sebuah terletak di depan komplek kraton Surosowan, dan sebuah lagi tenletak di alun-alun sebelah utara.
Bentuknya segi empat dan permukaannya datar, terbuat dan batu andesit. Dahulu Watu Gilang ini dipergunakan sebagai tempat melakukan pentashbihan sultan-sultan Banten.
Makam Kerabat Sultan
• Makam Pangeran Aria Mandalika
• Makam Pangeran Mas
• Makam Maulana Yusuf
• Makam Pangeran Astapati
Makam Pangeran Aria Mandalika
Makam ini tenletak di seberang kampung Kroja, di sini dimakamkan Pangeran Aria Mandalika, putera Sultan Maulana Yusuf dan istri yang bukan permaisuri.
Makam Pangeran Mas
Makam ini terletak di kampung Pangkalan Nangka. Pangeran ini adalah seorang Pangeran dan Demak, ia meninggal dan dimakamkan di Banten. Pada pintu gerbang menuju makam tersebut terlihat jelas gaya Eropa.
Makam Maulana Yusuf
Makam ini terletak di seberang timur jalan melewati rel kereta api dan tidak jauh dan kampong Kasunyatan, tepatnya berada di tengah sawah dimana disitu terdapat kuburan Pakalangan. Beliau adalah putera Sultan Hasanuddin yang terkenal dengan julukan Panembahan Pakalangan Gede.
Makam Pangeran Astapati
Makam tersebut terletak di Kampung Odel yang dikelilingi oleh tembok berpagar besi, Pintu masuk sebelah selatan ada memperllihatkan seni bangunan gaya Eropa yang berpadu dengan gaya Jawa Kuno. Pangeran Astapati pemah menjabat kepala pemerintah di kesultanan Banten.
MESJH) AGUNG KENARI
Mesjid ini terletak di kampung Kenari, 3 km dan Mesjid Agung ke arah selatan. Mesjid ini merupakan mesjid tua peninggalan Sultan Abul Mufakhir Makhmud Abdul Kadir Kenari (1596-1651), sultan pertama yang mendapat gelar “sultan” dan Mekkah. Beliau adalah putra sultan Muhammad Pangeran Ratu ing Banten. Selain itu terdapat pula puteranya Sultan Ma’ali Akhmad.
Waduk Buatan Tasik Ardi
Tasik Ardi terletak kurang lebih 2 km di sebelah tenggara keraton Surosowan, semula dibangun khusus untuk ibunda Sultan Maulana Yusuf untuk bertafakkur di pulau buatan di tengah danau. Pada tahun 1706 Sultan Banten menerima seorang tamu Belanda Cornelis de Bruin di Tasik Ardi dan ketika Daendells membuatjalan dan Merak ke karangantu, Tasik Ardi tidak diganggu.Danau kecil ini memiliki luas 5 Ha sedang airnya hanya memenuhi bagian 4 Ha berkedalaman air maximum I m.
Fungsi Tasik Ardi adalah memasok air bersih bagi kota Surosowan, termasuk untuk mengairi persawahan dan tempat rekreasi bagi raja dan keluarganya. Melalui pengindelan (filter station) abang, kuning dan mas, air Tasik Ardi langsung masuk ke lingkungan keraton dengan tehnik penyaringan yang sudah kompleks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar